Minggu, 29 Maret 2015

ngerumpi seputar entri data PKG

Malam Jumat Kliwon kemarin humas sempat bertemu dengan beberapa teman pengawas dari negeri Madangkara. Mereka sedang berkumpul di gedung pengawas, ada yang sedang klak-klik mouse sambil asyik ngerumpi pengalaman masing-masing seputar entri nilai PKG.
Ada teman pengawas dengan nada sedih bercerita bahwa dia belum bisa login di SIM PKG sampai sekarang. Sudah mengisi username dan password dengan benar kemudian menunggu proses login, tetapi sampai tertidur dan bangun lagi di pagi hari berikutnya, masih uwer-uwer terus. (tanda proses login) masih berputar dan beranda (dashboard) SIM PKG tidak mau muncul. Pernah dicoba pindah koneksi internetnya, beralih ke modem seluler, tetapi hasilnya sama. Mendengar cerita teman pengawas tadi,  humas menjadi penasaran dan mencoba membuka SIMPKG memakai netbook ternyata bisa dan loadingnya lumayan cepat. Teman pengawas tadi dengan koneksi wifi yang sama mencoba login menggunakan laptopnya, tetapi ditunggu sampai bosan halaman tidak kunjung terbuka. Ganti browser lainpun hasilnya sama. Humas jadi ingat kata pelayan toko komputer: "Pak jenis netbook punya Bapak ini memang dirancang untuk akses internet walaupun harganya murah tetapi untuk browsing bisa lebih cepat, kekurangannya ukuran layar kecil dan tidak ada pembaca CD dan tidak bergengsi gitulah Pak kira-kira" Entah benar atau tidak tetapi khusus kasus yang satu ini terbukti.
Yang ini cerita dari teman pengawas yang duduk di pojok utara dia menduga-duga apa yang terjadi dengan SIMPKG. Beberapa hari lalu sempat mengalami crashdata sampai ada beberapa data yang hilang, konon karena banyak pengawas yang membagi tugas entrinya ke beberapa orang secara bersamaan. Padahal pada SIMPKG satu username tidak bisa untuk login beberapa komputer dalam waktu yang sama, seandainya dijadwal untuk waktu yang berbeda tidak masalah.
Beda lagi teman pengawas yang duduk di tengah. Dia cerita waktu aplikasi SIMPKG jadi super lelet, dia tanya ke tetangganya yang teknisi warnet. Tetangganya bilang: "Kalau mau pakai saya punya alat yang bisa mempercepat akses internet sampai bisa ngebut banget Bu, tapi nyedot bandwidt yang lain, njenengan bisa kerja terus sampe selesai, tapi efeknya orang lain jadi tambah susah koneknya. Khusus untuk njenengan gratis sampai selesai" Teman pengawas tadi pikir-pikir, akhirnya tidak mau menggunakan alat itu. Hatinya merasa tidak tega, apa artinya bisa selesai duluan, sementara yang lain masih kesusahan akses internet. Rupanya rasa kebersamaannya tinggi. Dia memiliki solidaritas yang tinggi kepada teman-temannya. Teman pengawas tadi yakin bahwa nanti pasti ada solusi dari dinas yang punya kewenangan. Dia tidak lari ke pihak ketiga untuk mencari solusi, yang bisa-bisa malah menjadi heboh.
Harapannya ternyata benar dia akhirnya mendapat kabar dari operator dinasnya bahwa tidak perlu risau karena untuk saat ini guru yang sudah memenuhi syarat baik yang sudah terentri nilai PKGnya maupun belum tetap akan terbit SKTPnya, Namun entri data nilai PKG tetap menjadi tugas rutin pengawas. Nanti setelah aplikasinya normal entri nilai PKG dilanjutkan lagi, meneruskan yang belum selesai dan pada saatnya nanti juga mengentri nilai semester berikutnya. Teman pengawas tadi mengakhiri ceritanya sambil menggeser laptopnya ke depan namun tidak melihat kalau ada gelas di dekatnya karena terhalang monitor dan pyaar gelas jatuh pecah berantakan. Entah mengapa humas jadi ikut kaget juga sampai terlempar dan gedebug..bug kalau pada cerita anak-anak akhirnya terguling jatuh dari tempat tidur, tetapi karena ini cerita mimpi pengawas jadinya beda. 
Keterangan foto : calon-calon operator sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar